Daily Archives: Desember 15, 2009

KOMUNIKASI “E-FIKTIF”

Berikut adalah sebuah cerita tentang bagaimana sebuah pesan dikomunikasikan secara hirarkis dalam sebuah perusahaan, dari Direktur hingga ke karyawan bawahan.

Dari: Direktur – Kepada: General Manager
“Besok akan ada gerhana matahari total pada jam sembilan pagi. Ini Adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari. Untuk menyambut dan melihat peristiwa langka ini, seluruh karyawan diminta untuk berkumpul di lapangan dengan berpakaian rapi. Saya akan menjelaskan fenomena alam ini kepada mereka. Bila hari hujan, dan kita tidak bisa melihatnya dengan jelas, kita berkumpul di kantin saja.”

Dari: General Manager – Kepada: Manager
“Sesuai dengan perintah Direktur, besok pada jam sembilan pagi akan ada gerhana matahari total. Bila hari hujan, kita tidak bisa berkumpul di lapangan untuk melihatnya dengan berpakaian rapi. Dengan demikian, peristiwa hilangnya matahari ini akan dijelaskan oleh Direktur di kantin. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari.”

Dari: Manager – Kepada: Supervisor
”Sesuai dengan perintah Direktur, besok kita akan mengikuti peristiwa hilangnya matahari di kantin pada jam sembilan pagi dengan berpakaian rapi. Direktur akan menjelaskan apakah besok akan hujan atau tidak. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari.”

Dari: Supervisor – Kepada: Koordinator
“Jika besok turun hujan di kantin, kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari, Direktur, dengan berpakaian rapi, akan menghilang jam
sembilan pagi.”

Dari: Koordinator – Kepada: Semua Staff
“Besok pagi, pada jam sembilan, Direktur akan menghilang. Sayang sekali, kita tidak bisa lagi melihatnya setiap hari”

Dari: Staff kepada Staff
“Memang dia lebih baik pergi…”

KIRA-KIRA, Siapa yang ERROR ?

HAMLET CASE : MOTIF POLITIK SEBUAH PESAN

Mungkin Anda pernah melihat film RAMBO. Ya…film yang menggambarkan kisah heroik seorang “pahlawan” Amerika Serikat (AS) yang melawan tentara Vietkong di hutan rimba sendirian. Di balik kisah itu ada sebuah kasus luar biasa yang menimpa Negara Amerika akibat perang Vietnam. Kasus ini dikenal luas dengan kasus Hamlet Case.

Hamlet adalah istilah dusun/kampung dalam bahasa Inggris. Dalam aksinya, setiap memasuki desa atau dusun, tentara AS selalu membakar gubuk-gubuk. Dengan kata lain, selain memburu tentara Vietkong, tentara AS juga membumi hanguskan perkampungan.

Maka mucullah berita besar di AS tentang “kebiadaban” tentara AS yang gemar membakar kampung. Kondisi politik AS gonjang-ganjing. Isu besar ini bisa meruntuhkan citra AS di mata dunia karena negara lain bisa menuduhnya sebagi pelanggar HAM.

Seorang reporter surat kabar ternama AS kemudian mempublikasikan hasil investigasinya. Investigasi ini dilakukan pada kasus pembakaran sebuah dusun oleh Pasukan AS yang bernama Divisi Kavaleri Udara Pertama pada Tahun 1967. Hasil investigasi reporter itu menguraikan beberapa pesan berjenjang dari Pusat komando dari Markas Besar sampai ke Prajurit di lapangan :

PERINTAH dari MASKAS BESAR DIVISI KE BRIGADE :
” Tidak Boleh ada lagi satu kejadian pun dusun-dusun yang dibakar”

LALU BRIGADE MENGIRIMKAN PESAN RADIO KE BATALION:
”Jangan membakar dusun-dusun, kecuali kamu benar-benar yakin bahwa VietKong ada bersama mereka”

LALU BATAION MENGIRIM PESAN RADIO KE KOMANDAN PASUKAN INFRANTRI DI LAPANGAN:
” Jika Kamu pikir ada Vitkong di dusun itu, Bakar saja”

LALU KOMNADAN PASUKAN MEMRINTAHKAN KEPADA TENTARA-TENTARANYA :
” Bakar Dusun itu ”